Berdasarkan puisi di bawah, identifikasilah realitas sosial-budaya dan masyarakat yang terdapat di dalamnya. Tuliskanlah kesimpulannya dalam 4-5 paragraf. Kita
B. Indonesia
Susi1111111
Pertanyaan
Berdasarkan puisi di bawah, identifikasilah realitas sosial-budaya dan masyarakat yang terdapat di dalamnya. Tuliskanlah kesimpulannya dalam 4-5 paragraf.
Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini
Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus
Berjalan Terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur.
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh thaun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran:
"Duli Tuanku"?
Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata kuyu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk, dan hama
Dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya kemerdekaan
Kita yang tak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara.
Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus
Berjalan terus.
Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini
Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus
Berjalan Terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur.
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh thaun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran:
"Duli Tuanku"?
Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata kuyu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk, dan hama
Dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya kemerdekaan
Kita yang tak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara.
Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus
Berjalan terus.
1 Jawaban
-
1. Jawaban NabilaAK1
Setelah saya berulang kali membaca puisi ini, saya memahami bahwa puisi ini adalah puisi yang memiliki jiwa patriotisme tinggi, artinya dalam puisi ini mengandung unsur perasaan cinta pada Negara yang tinggi. Hal ini terbukti dari judul “ Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini” yang sudah terlihat jika penyair sangat mencintai negerinya dan bila dirasakan secara mendalam dalam pembacaan judul saja, dapat dirasakan jika sang penyair ingin menyadarkan kita sesama dan sebangsa untuk berbuat sesuatu terhadap ulah pemerintahan yang tidak baik (buruk). Selain itu, dari judul tersebut juga terlihat bahwa puisi ini sebenarnya dibuat juga sebagai bentuk keprihatinan sang penyair terhadap keadaan negerinya.
Dari segi isi, puisi ini juga mendukung kepatriotismean sang penyair, sebab dari setiap baris, sang penyair (Taufik Ismail) menggunakan kata-kata yang yang terlihat bahwa ia sangat mengajak kita (sebagai warga yang sebangsa) untuk semangat dalam mempertahankan Negara yang sebenarnya telah sah menjadi milik kita. Seperti kata “tidak ada pilihan lain, kita harus berjalan terus” kata-kata tersebut menunjukkan bahwa sang penyair dengan semangatnya mengajak kita untuk terus berjalan artinya untuk terus semangat memperjuangkan keadaan negeri kita agar negeri kita tidak diambil oleh kaum penjajah seperti zaman dahulu. Pernyataan ini diperkuat melalui kata-kata selanjutnya “karena berhenti atau mundur, berarti hancur”, yang memiliki makna jangan sampai kita menyerah/berhenti dan membiarkan Negara kita hancur. Pilihan kata yang lain yang juga memperkuat pernyataan semangat mempertahankan negeri kita terdapat pada kata :
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun lalu
Meskipun terlihat seperti pertanyaan, namun pilihan kata yang digunakan tersebut digunakan sebagai sarana untuk menyadarkan kita (sebagai pemilik negeri ini) agar kita merenung terhadap tindakan kita yang selama ini kita lakukan yaitu menjual keyakinan kita yang selama ini telah lama kita abdikan pada Negara kita kepada orang asing. Dan pada baris selanjutnya yaitu “Akan maukah kita duduk satu meja, Dengan para pembunuh tahun lalu”
Yang menunjukkan bahwa sebenarnya kita telah mengkhianati negeri kita dengan duduk satu meja dengan para pembunuh tahun lalu yang dapat diartikan bahwa kita menjadikan negeri kita bersanding dengan Negara penjajah tahun lalu serta membiarkan mereka masuk kembali ke Negara kita melalui penjajahan secara halus yang berupa kerja sama. Dari 4 baris di atas, sebenarnya ini adalah kalimat sindiran yang dipakai sang penyair ketika mengamati apa yang telah dilakukan oleh orang-orang yang sebangsa dengannya. Ada kemungkinan sang penyair sedikit kecewa melihat semua keadaan yang telah diperbuat oleh rakyat yang sebangsanya. Apalagi keprihatinan dan kekecewaan sang penyair juga terlihat ketik ia menuliskan kata-kata Dalam setiap kalimat yang berakhiran "Duli Tuanku?” yang juga merupakan sindiran terhadap masyarakat kita yang terlalu menuruti apa yang dikatakan oleh pemimpin kita, yang dalam puisi di atas ditulis dengan kata “Duli tuanku?” yang sama saja artinya dengan “ iya tuanku” dan benar, ini menyindir masyarakat kita yang selama ini hanya bisa pasrah menurut saja dengan kemauan sang pemimpin Negara kita. Kita sama sekali tak berani bersatu untuk berbuat lebih terhadap semua kehendak pemerintah/pemimpin kita. Padahal sebenarnya kita (masyarakat secara menyeluruh) yang berkuasa terhadap negeri kita sendiri, karena sekali lagi telah dijelaskan dalam judul puisi ini yaitu “Kita adalah Pemilik Sah Republik ini”.Sehingga telah menyadarkan bahwa kita semua berhak atas negeri kita. Lalu dalam baris selanjutnya terdapat pengulangan kata seperti di awal yaitu “Tidak ada pilihan lain. Kita harus berjalan terus”, pengulngan kata ini merupakan kalimat penegasan untuk kita agar ingat bahwa tidak ada pilihan lain, kita semua harus berjalan terus. Kita harus tetap semangat memperjuangkan dan mempertahankan negeri kita, agar tidak diambil oleh orang-orang negeri penjajah masa lalu.